WELCOME to The NEW MOMENT

'Sesungguhnya, Aku ciptakan langit dan bumi ini, wahai manusia, buat kamu berfikir, untuk menelaah bagaimana kamu menjalani hidup ini' (AlQur'an AlKarim)

Senin, 06 September 2010

RESUME BUKU MENIKMATI DEMOKRASI

Asas penyikapan suatu keputusan syuro akan bisa dijalankan dengan baik oleh suatu komunitas, apabila syuro yang dilaksanakan adalah syuro yang bermutu. Ada beberapa nilai yang menentukan mutu sikap dan keputusan da’wah, yaitu:
1. Sejauh mana keputusan itu tepat dengan situasi, tempat, momentum, orang dan institusinya..
2. Sejauh mana keputusan itu efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
3. Sejauh mana kita dapat mempertahankan konsistensi dalam penyikapan dan pengambilan keputusan.
Ketiga hal di atas terkait dengan dua sisi yang selalu melekat pada sikap dan keputusan da’wah, yaitu muatan kebenaran syar’i dan cara yang kita tempuh (proses). Muatan dan proses muatan di sini adalah muatan kebenaran (syar’i) yang ditentukan oleh referensi, metode yang kita gunakan. Metode berupa ijtihad, tidak lain adalah dengan menggabungkan dua pengetahuan sekaligus, yaitu fiqh wahyu dan fiqh realitas.

Resiko Sebuah Keputusan.

Setiap keputusan yang diambil dalam syuro selalu memiliki resiko, karena keputusan dalam juga berpeluang salah. Hakikat yang perlu dipahami dalam syuro dan keputusannya adalah:
1. Para pengambil keputusan adalah manusia biasa, tidak makhsum. Yang dilakukan adalah ijtihad jama’i yang bersifat relatif, dalam arti ada resiko kesalahan
2. Penentuan dan pendefinisian mashlahat ammah pada suatu masa dan situasi tertentu adalah ruang yang sangat dinamis terus berubah dan berkembang dalam tempo cepat. Namun, kesalahan yang terjadi pada produk syuro masih memberikan ruang perbaikan perubahan keputusan dan keuntungan dikarenakan 2 hal:
• Secara kolektif telah diambil prosedur pengambilan keputusan yang benar sehingga dapat dengan mudah ditemukan letak kesalahan2nya
• Ijtihad jama’i lebih bisa ditanggung resikonya secara bersama-sama. Meskipun bisa jadi keputusan syuro mungkin berasal dari gagasan seorang individu anggota majelis syuro.

Optimalisasi Sebuah Syuro
Hal yang berkaitan dengan antisipasi resiko adalah bagaimana mengoptimalkan syuro. Secara umum ada 2 fungsi syuro, yaitu fungsi psikologis dan fungsi instrumental
Fungsi psikologis terlaksana jika:
1. Ada jaminan kemerdekaan dan kebebasan yang penuh bagi setiap peserta syuro untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya secara wajar dan apa adanya.
2. Kemerdekaan dan kebebasan sebagai landasan menciptakan keterbukaan dan transparansi.
Fungsi syuro yang sesungguhnya adalah mewadahi keragaman sebagai sumber kreativitas dan keunggulan kolektif dan yang menjamin keseimbangannya adalah keikhlasan pertanggujawaban dan kelapangan dada setiap peserta syuro. Fungsi instrumental sebuah syuro yang berjalan dengan baik akan membentuk soliditas dan resisitensi yang tinggi terhadap berbagai bentuk goncangan yang bisa mengakhiri organisasi. Fungsi instrumental ini hanya terlaksana apabila beberapa syarat terpenuhi:
1. Sumber informasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Fakta yang akurat disertai analisis yang tepat serta pendekatan syariat maupun pendekatan da’wah. Informasi akurat berkorelasi positif dan kuat (signifikan) dengan keputusan yang tepat. Kaidah ushul fiqh menyatakan hukum yang kita berlakukan atas sesuatu merupakan bagian dari persepsi kita tentang suatu itu.
2. Tingkat kedalaman ilmu pengetahuan peserta syuro sangat menentukan mutu analisis pikiran dan gagasan yang dilontarkan. Faktor lain adalah dominasi akal atas emosi (rajahatul ‘aql) serta sikap rasional yang konsisten.
3. Adanya tradisi ilmiah dalam perbedaan pendapat yang menjamin keragaman pendapat yang terjadi dalam syuro-syuro terkelola dengan baik (seleksi, penyaringan dan integrasi ilmiah).

Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro
Apabila ada ketidaksetujuan terhadap hasil syuro, maka perlu adanya keihklasan. Selain itu berdialog dengan pikiran dan hati kita,semisal:
1. Bertanya pada diri sendiri, apakah pendapat kita telah terbentuk melalui suatu ‘upaya ilmiah’ seperti kajian, perenungan, pengalaman lapangan yang mendalam sehingga kita punya landasan kuat untuk mempertahankannya.
2. Apakah pendapat kita merupakan ‘kebenaran obyektif ‘atau ‘obsesi jiwa’ tertentu sehingga menjadi ngotot.
3. Seandainya kita tetap percaya pendapat kita lebih benar dan pendapat umum yang menjadi keputusan syuro lebih lemah atau bahkan salah, hendaklah kita percaya “mempertahankan kesatuan dan keutuhan shaf jama’ah da’wah lebih utama dan penting dari sekedar memenangkan pendapat yang boleh jadi benar”.
4. Dalam ketidaksetujuan itu kita belajar banyak makna imaniyah: makna keikhlasan yang tidak terbatas, makna ukhuwah dan persatuan, makna tawadhu dan kerendahan hati, makna tsiqoh kepada jama’ah. Yang perlu diperkokoh adalah tradisi ilmiah kita, dalam bentuk memperkokoh tradisi pemikiran dan perenungan yang mendalam memperkuat daya tampung hati terhadap beban perbedaan, memperkokoh kelapangan dada dan kerendahan hati.

Syubhat di Sekitar Sikap Kritis
Sikap kritis diperlukan dalam jama’ah sebagai kontrol, pengendalian dan perbaikan yang berkesinambungan. Sikap kritis dan kultur introspeksi menjadi instrumen penting dalam proses penyempurnaan kehidupan berjamaah.Umar bin Khathab mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang menghadiahkan ‘aibnya’ kepadanya. Al Mutarabbi (penyair Arab) :’…orang yang sempurna adalah yang ‘aibnya dapat dihitung’….’Akan tetapi ada beberapa syubhat dari implementasi sikap kritis, terutama saat sikap kritis bertemu dengan suasana keterbukaan dan kebebasan menyampaikan pendapat.
1. Apabila sikap kritis itu bersumber dari kebencian bukan dari semangat untuk saling memperbaiki.
2. Apabila sikap kritis itu lahir dari keinginan untuk berbeda dengan orang lain dan dijadikan sarana untuk memperjelas identitas diri sendiri.
3. Apabila sikap kritis ini dijadikan cara untuk mendapatkan ‘image’ sebagai pemberani.
4. Apabila sikap kritis itu dijadikan kedok untuk merusak nama baik orang lain atau membuka aib sesama.
5. Apabila sikap kritis berkembang menjadi ghibah.
Menyikapi Orang Kreatif dan Kritis
Sikap kritis merupakan indikator kesehatan hidup berjama’ah, tetapi jika berkembang secara tidak positif akan memicu konflik pribadi yang tidak sehat. Maka pemimpin amal Islami perlu menyikapi kritik dan kreativitas yang pasti selalu ditemui sepanjang kehidupan berjamaah yaitu dengan sebagai berikut.
1. Pemimpin harus bersikap dingin terhadap kritik yang ditujukan kepadanya atau kepada kebijakan-kebijakannya.
2. Pemimpin harus punya kerendahan hati yang memadai untuk mau mendengar berbagai kritik yang ditujukan kepadanya.
3. Seorang pemimpin harus bersikap obyektif dalam menanggapi berbagai kritik yang ditujukan kepadanya.
4. Seorang pemimpin harus tetap mempertahankan prasangka baiknya terhadap semua pengkritiknya.
5. Seorang pemimpin harus mandiri dan independen dalam berpendapat.

Keragaman yang Produktif

Dalam konteks qiyadah-jundiyah, perlu strategi dalam mengelola perbedaan pendapat dalam jamaah da’wah menjadi faktor produktif bagi da’wah. Beberapa tradisi yang kuat yang dengan sendirinya akan mengubah keragaman menjadi faktor produktif, yaitu: tradisi ilmiah, tradisi verbalitas, tradisi pembelajaran kolektif, tradisi toleransi.

Mengokohkan Tradisi Ilmiah

Beberapa ciri tradisi ilmiah yang kokoh, yang dapat mengubah keragaman menjadi
produktivitas kolektif: berbicara dan bekerja berdasarkan ilmu pengetahuan, mendengar lebih banyak daripada berbicara, gemar membaca dan secara sadar menyediakan waktu khusus untuk itu, lebih banyak diam dan menikmati saat-saat perenungan dan kesendirian, selalu mendekati permasalahan secara komprehensif, integral, obyektif dan proporsional, gemar berdiskusi dan proaktif dalam mengembangkan wacana, ide-ide tapi tidak suka berdebat kusir, berorientasi pada kebenaran dalam diskusi dan bukan pada kemenangan, berusaha mempertahankan sikap dingin dalam bereaksi terhadap sesuatu, berfikir secara sistematis dan berbicara secara teratur, rendah hati dan bersedia menerima kesalahan, lapang dada dan toleran dalam perbedaan, selalu memikirkan gagasan-gagasan baru secara produktif .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar